" Hsil OceHan kaMi bwT kaMu, Sapa tau beRi insPIratiF.....dibAca !!!!!"

" Hsil OceHan kaMi bwT kaMu, Sapa tau beRi InsPIratiF.....MusT dibAca !!!!!"

Sabtu, 09 Juli 2011

Senin, 04 Juli 2011

OSTEOMIELITIS

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekelilig jaringan tulang mati). Ostemielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap osteomylitis sebagai berikut :
  • Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh staphylococcus areus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,1995). Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
  • Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang disebabkan oleh staphylococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus infleunzae, infeksi yang hampir selal disebabkan oleh staphylococcus aureus. Tetapi juga Haemophylus influenzae, streptococcus da organisme lain dapat juga menyebabkannya osteomyelitis adlah infeksi lain.
  •  Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri, tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur. Jika tulang terinfeksi, bagian dalam tulang yang lunak (sumsum tulang) sering membengkak. Karena pembengkakan jaringan ini menekan dinding sebelah luar tulang yang kaku, maka pembuluh darah di dalam sumsum bisa tertekan, menyebabkan berkurangnya aliran darah ke tulang. Tanpa pasokan darah yang memadai, bagian dari tulang bisa mati. Infeksi juga bisa menyebar keluar dari tulang dan membentuk abses(pengumpulan nanah) di jaringan lunak di sekitarnya, misalnya di otot.
Klasifikasi Osteomyellitis
Menurut kejadiannya terbagi 2 yaitu :
1. Osteomyelitis Primer        kuman-kuman mencapai secara langsung melalui luka.
2. Osteomyelitis Sekunder        adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran napas, genitourinaria furunkel).
Sedangkan menurut perlangsungnya dibedakan atas :
a. Steomyelitis akut
v  Nyeri daerah lesi
v  Deman, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
v  Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
v  Pembengkakan lokal
v  Kemerahan
v  Suhu raba hangat
v  Gangguan fungsi
v  Lab: anemia, leukositosis
b. Steomyelitis kronis
v  Ada luka, bernanag, berabu busuk, nyeri
v  Gejala-gejala umum tidak ada
v  Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
v  Lab: LED meningkat
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling sering :
v  Staphylococcus (orang dewasa)
v  Streplococcus (anak-anak)
v  Pneumococcus dan Gonococcus

B. ETIOLOGI
            Tulang, yang biasanya terlindung dengan baik dari infeksi, bisa mengalami infeksi melalui 3 cara:
  • Aliran darah
  • Penyebaran langsung
  • Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya.
Aliran darah bisa membawa suatu infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang. Infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai dan lengan (pada anak-anak) dan di tulang belakang (pada dewasa).
Orang yang menjalani dialisa ginjal dan penyalahguna obat suntik ilegal, rentan terhadap infeksi tulang belakang (osteomielitis vertebral). Infeksi juga bisa terjadi jika sepotong logam telah ditempelkan pada tulang, seperti yang terjadi pada perbaikan panggul atau patah tulang lainnya. Bakteri yang menyebabkan tuberkulosis juga bisa menginfeksi tulang belakang (penyakit Pott).
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui patah tulang terbuka, selama pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus tulang.
Infeksi ada sendi buatan, biasanya didapat selama pembedahan dan bisa menyebar ke tulang di dekatnya.
Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang disebabkan oleh jeleknya pasokan darah atau diabetes (kencing manis). Suatu infeksi pada sinus, rahang atau gigi, bisa menyebar ke tulang tengkorak.
Pasien yang berisiko tinggi mengalami osteomyelitis adalah mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita atritisbreumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit, mendapat terapi kortikostiroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.

C. PATOFISIOLOGI
            Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya sering dijumpai pada osteomyelitis meliputi proteus, pseudomonas dan ecerichia coli.
Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi dan edema. Setelah 2 atau 3 hari , trobosis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih sering hars dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Teradi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum infeksis kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses kembuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomyelitis tipe kronik.

D. MANIFESTASI KLINIK
Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah, menyebabkan demam dan kadang-kadang di kemudian hari, menyebabkan nyeri pada tulang yang terinfeksi. Daerah diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan pergerakan akan menimbulkan nyeri.
Infeksi tulang belakang biasanya timbul secara bertahap, menyebabkan nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan memburuk bila penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat, pemanasan atau minum obat pereda nyeri. Demam, yang merupakan tanda suatu infeksi, sering tidak terjadi.
Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebabkan nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki nyeri yang menetap di daerah tersebut.
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). Kadang-kadang infeksi ini tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala selama beberapa bulan atau beberapa tahun.
Osteomielitis menahun sering menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul dari kulit. Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus permukaan kulit dan suatu saluran (saluran sinus) terbentuk.
E. Evaluasi Diagnostik
Diagnosis berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada skening tulang dengan teknetium, area yang terinfeksi menunjukkan kelainan, kecuali pada anak-anak. Tetapi hal ini tidak akan muncul pada foto rontgen sampai lebih dari 3 minggu setelah gejala pertama timbul.
CT scan dan MRI juga bisa menunjukkan daerah yang terinfeksi. Tetapi pemeriksaan ini tidak selalu dapat membedakan infeksi dari kelainan tulang lainnya. Untuk mendiagnosa infeksi tulang dan menentukan bakteri penyebabnya, harus diambil contoh dari darah, nanah, cairan sendi atau tulangnya sendiri. Biasanya untuk infeksi tulang belakang,diambil contoh jaringan tulang melalui sebuah jarum atau melalui pembedahan.

F. Pencegahan
Sasaran utamanya adalah pencegahan osteomyelitis. Penanganan infeksi local dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan insiden osteomyelitis pascaoperasi.
Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptic akan menurunkan insiden infeksi superficial dan potensial terjadinya osteomyelitis.

G. Penatalaksanaan
       Daerah yang terkena harus dimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
       Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi, kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifkasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh dari satu patogen.
       Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah mengontrol infeksi sbelum aliran darah ke darah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus-menerus sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.
       Bila pasien tidak menunjukkan respon terhadap terapi antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologi steril. Tetapi antibiotika dianjurkan.
       Pada osteomyelitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
       Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead spance) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafing dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol hematoma dan membuanng debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
       Rongga yang dibedridemen dapat diisi dengan graft tulang konselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asun darah; perbaikan asupan darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang da eradikasi infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.

ANFIS MUSKULOSKELETAL

PENDAHULUAN

Strukutur tulang dan jaringan konektif meliputi 25 % berat tubuh. Rangka manusia merupakan sebagian dari sistem lokomotorik dari tubuh manusia yang juga meliputi otot-otot yang berkontraksi menggerakkan tulang-tulang pada sendi-sendi, dengan demikian otot merupakan pembawa tulang pada proses pergerakan. Dalam hal ini tulang bekerja sebagai pengungkit.
Secara histologis tulang merupakan sebuah jaringan ikat yang khusus, matriks tulang-tulang dimeneralisasi oleh garam-garam organik terutama kalsium fosfat. Garam-garam organik tersebut berada dalam bentuk kristal-kristal kalsium hidroksiapatite yang khusus membentuk kekakuan tulang dan membuat tulang menjadi kokoh tapi tak mempengaruhi fungsi dan suplai sel-sel tulang yang terlibat. Jaringan tulang mempunyai suatu sistem kanalikuli yang melalui saluran-saluran ini suplai pendarahan dan persarafan dari masing-masing sel dapat dilaksanakan. Terdapatnya serabut-serabut kolagen pada tulang memberikan sumbangan untuk elastisitas dan kemampuan untuk menahan gaya-gaya tegangan. Tulang-tulang sangat banyak disuplai oleh pembuluh-pembuluh darah, pembuluh-pembuluh getah bening dan saraf. Dalam memperthankan fungsi-fungsi metabolisme; teristimewa pertukaran ion-ion kalsium dalam darah diatur oleh hormon-hormon paratiroid dan kalsitonin.
Tulang-tulang memperlihatkan suatu corak pertumbuhan yang khusus dan mempunyai daya regenerasi yang besar, sehingga penyembuhan dapat terlaksana setelah terjadinya suatu cidera dan infeksi-infeksi yang lain. Jaringan tulang cenderung terkena penyakit seperti jaringan-jaringan yang lain dari tubuh manusia, yaitu infeksi-inksi pirogen, tuberkuliosa, neoplasma, dan gangguan endokrin.



1. Komponen Sistem Muskuloskletal.
a. Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.
Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang   dapat   diklasifikasikan   dalam   lima   kelompok   berdasarkan   bentuknya :
1).  Tulang panjang (Femur, Humerus)  terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh. Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen, bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang.
2).  Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu lapisan luar dari tulang yang padat.
3).  Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah tulang concellous.
4).  Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5).  Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar (glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan dalam lacuna  Howship (cekungan pada permukaan tulang).

STRUKTUR TULANG

Tulang dewasa terdiri dari 30 % bahan organik (hidup) dan 70 % endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion magnesium. Garam-garam menutupi matriks dan berikatan dengan serat kolagen melalui proteoglikan. Adanya bahan organik menyebabkan tulang memiliki kekuatan tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam menyebabkan tulang memiliki kekuatan kompresi (kemampuan menahan tekanan).

PEMBENTUKAN TULANG

Pembentukan tulang berlangsung secara terus menerus dan dapat berupa pemanjangan dan penebalan tulang. Kecepatan pembentukan tulang berubah selama hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel pembentuk tulang à osteoblas.

Aktivitas Osteoblast

Osteoblas dijumpai dipermukaan luar dan dalam tulang. Osteoblas berespon terhadap berbagai sinyal kimiawi untuk menghasilkan matriks tulang. Sewaktu pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid, dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang, osteosit dimatriks membentuk tonjolan-tonjolan yang menghubungkan osteosit satu dengan osteosit lainnya membentuk suatu sistem saluran mikroskopik di tulang.

Pertukaran Kalsium

Sebagian ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat antara tulang, cairan interstisium, dan darah.

PENGURAIAN TULANG

Penguraian tulang, disebut absorpsi, terjadi secara bersamaan dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang disebut osteoklas. Osteoklas adalah sel fagositik multinukleus besar yang berasal dari sel-sel mirip-monosit yang terdapat di tulang. Osteoklas tampaknya mengeluarkan berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis. Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah melemah diganti dengan tulang baru yang lebih kuat.

REMODELING

Keseimbangan antara aktivitas osteoblas dan osteoklas menyebabkan tulang terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja, aktivitas osteoblas melebihi aktivitas osteoklas, sehingga kerangka menjadi lebih panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia pertengahan, aktivitas osteoklas melebihi aktivitas osteoblas dan kepadatan tulang mulai berkurang. Aktivitas osteoklas juga meningkat pada tulang-tulang yang mengalami imobilisasi. Pada usia dekade ketujuh atau kedelapan, dominansi aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah. Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.

Faktor yang Mengontrol Aktivitas Osteoblas

Aktivitas osteoblas dirangsang oleh olah raga dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang. Fraktur tulang secara drastis merangsang aktivitas osteoblas, tetapi mekanisme pastinya belum jelas. Estrogen, testosteron, dan hormon perturnbuhan adalah promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat semasa pubertas akibat melonjaknya kadar hormon-hormon tersebut. Estrogen dan testosteron akhirnya menyebabkan tulang-tulang panjang berhenti tumbuh dengan merangsang penutupan lempeng epifisis (ujung pertumbuhan tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas berkurang. Defisiensi hormon pertumbuhan juga mengganggu pertumbuhan tulang.

VITAMIN D MENGONTROL AKTIVITAS OSTEOBLAS

Vitamin D dalam jumlah kecil merangsang kalsifikasi tulang secara langsung dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang mendorong kalsifikasi tulang. Namun, vitamin D dalam jumlah besar meningkatkan kadar kalsium serum dengan meningkatkan penguraian tulang. Dengan demikian, vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam makanan akan menyebabkan absorpsi tulang.

Kontrol paratiroid Terhadap Aktivitas Osteoklas

Aktivitas osteoklas terutama dikontrol oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang terletak tepat di belakang kelenjar tiroid. Pelepasan hormon paratiroid meningkat sebagai respons terhadap penurunan kadar kalsium serum. Hormon paratiroid meningkatkan aktivitas osteoklas dan merangsang pemecahan tulang untuk membebaskan kalsium ke dalam darah. Peningkatan kalsium serum bekerja secara umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut. Estrogen tampaknya mengurangi efek hormon paratiroid pada osteoklas.

Efek Lain Hormon Paratiroid

Hormon paratiroid meningkatkan kalsium serum dengan menurunkan sekresi kalsium oleh ginjal. Hormon paratiroid meningkatkan ekskresi ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin D di ginjal bergantung pada hormon paratiroid.

KALSITONIN adalah suatu hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga menurunkan kadar kalsium serum.

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :
1).  Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.
2).  Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.
3).  Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).
4).  Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang. (hema topoiesis).
5).  Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

b. Otot
Otot dibagi dalam tiga kelompok, dengan fungsi utama untuk kontraksi dan menghasilkan pergerakan dari bagian tubuh atau seluruh tubuh. Kelompok otot terdiri dari :
1).  Otot rangka (otot lurik) : didapatkan pada sistem skeletal dan berfungsi untuk memberikan pengontrolan pergerakan mempertahnakan sikap dan menghasilkan panas.
2).  Otot viseral (otot polos) : didapatkan pada saluran pencernaan, saluran perkemihan dan pembuluih darah. Dipengaruhi oleh sistem saraf otonom dan kontraksinya tidak dibawah kontrol keinginan.
3).  Otot jantung : didapat hanya pada jantung dan kontraksinya tidak kontorl keinginan.
Otot rangka merupakan otot yang mempunyai variasi ukuran dan bentuk dari panjang dan tipis sampai dengan yang lebar dan datar atau dapat berbentuk massa-massa yang besar sekali. Kontraksi otot rangka hanya dapat dirangsang. Energi kontraksi otot dipenuhi dari pemecahan adenosin triphospate (ATP) dan kegiatan kalsium. Serat-serat dengan oksigenasi secara adekuat dapat berkontraksi lebih kuat, bila dibandingkan dengan oksigenisasi tidak adekuat.
Pergerakan ditimbulkan oleh tarikan otot pada tulang yang berperan sebagai pengungkit dan sendi berpungsi sebagai tumpuan/penopang.
Otot rangka lebih besar dari pembuluh darah. Selama kontraksi otot akan terjadi perubahan kimia. Akibatnya terjadi pembentukan produk-produk sisa metabolisme. Otot yang lelah dan nyeri terjadi pada saat otot kekurangan oksigen dan produk buangan tidak dapat dikeluarkan.



Sistem Otot Skelet 
Anatomi otot skelet. Seperti yang disebutkan diatas bahwa Otot skelet (otot lurik) berperan dalam gerakan tubuh, mempertahankan sikap/postur dan fungsi produksi panas. Otot dihubungkan oleh tendon (tali jaringan ikat fibrus) atau aponeurosis (gambaran jaringan ikat fibrus yang lebar dan pipih) ke tulang, jaringan ikat, atau kulit. Kontraksi otot menyebabkan  dua titik perlekatan mendekat satu sama lain. Otot berpariasi ukuran dan bentuknya bergantung aktifitas yang dibutuhkan. Otot akan berkembang dan terpelihara bila digunakan secara aktif . proses penuaan dan disuse menyebabkan kehilangan fungsi otot sehingga jaringan otot kotraktil akan diganti oleh jaringan fibrotik.
Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang parallel (fasikuli) yang terbungkus dalam jaringan fibrus dinamakan epimesium atau fasia. Semakin banyak fasikuli yang terdapat dalam otot semakin rinci gerakan yang ditimbulkan. Kecepatan kontraksi otot berbeda-beda Mioglobulin  merupakan pigmen protein yang serupa Hemoglobin yang terdapat dalam otot lurik. Mioglobin bermanfaat sebagai transpor oksigen untuk memenuhi kebutuhan metabolic sel dari kapiler darah ke mitokondria sel otot. Otot mengandung sejumlah besar mioglobulin (otot merah) yang ternyata berkotraksi lebih lambat dan lebih kuat (mis. Otot pernafasan dan postur) otot yang sedikit mengandung mioglobulin (otot putih) berkontraksi cepat dan dalam waktu yang lama (mis. Otot eksraokuler di mata). Kebanyakan otot tubuh mengandung baik serat otot merah maupu serat otot putih.
Tiap sel otot (serabu otot) mengandung miofibril, yang pada giliranya tersusun atas sekelompok sarkomer, yang merupakan unik kontraktil otot skelet yang sebenarnya. Komponen sarkomer dikenal sebagai filamen tebal dan tipis. Filamen tipis tersusun terutama oleh protein yang dikenal sebagai aktin. Filamen tebal tersusun terutama oleh protein myosin.

Kontraksi otot skelet
Kontraksi otot diakibatkan oleh kontraksi masing-masing komponen sarkomer. Konraksi sarkomer di sebabkan oleh interaksi antara myosin dalam filamen tebal dan aktin dalam filamen tipis. Yang saling mendekat dengan adanya peningkatan local kadar ion kalsium. Filamen tebal dan tipis saling meluncur satu sama lain. Ketika kadar kalsium dalam sarkomer menurun, filamen myosin dan aktin berhenti berinteraksi dan sarkomer kembali panjang istirahat awalnya (relaksasi). Aktin dan miosin tidak dapat berinteraksi bila tak ada kalsium.
Serabut otot akan berkonraksi sebagai respon terhadap rangsangan listrik. Bila terangsang, sel otot akan membangkitkan suatu potensial aksi dengan cara serupa denga yang terlihat pada sel saraf. Potensial aksi ini akan menjalar sepanjang membran sel dan mengakibatkan pelepasan ion kalsium kedalam sel otot yang sebelumnya tersimpan dalam organel khusus yang dinamakan retikulum sarkoplasmikum. Adalah kalsium yang memungkinkan interaksi antara aktin dan miosin dalam sarkomer. Setelah membran sel mengalami depolarisasi, membran ini akan kembali ketegangan membran istirahat. Kalsium dengan cepat diambil dari sarkomer oleh reakumulasi aktif dalam retikulum sarkoplasmikum, dan otot kembali relaks.
Jenis-jenis kontraksi otot
Kontraksi serabut otot dapat menghasilkan kontraksi isotonic maupun isometric. Pada kontraksi isometric, panjang otot tetap konstan tetapi tenaga yang dihasilkan oleh otot meningkat : contoh adalah bila kita mendorong dinding yang tak dapat digerakkan. konraksi isotonic, sebaliknya ditandai dengan pemendekan otot tampa peningkatan tegangan dalam otot contoh fleksi lengan atas.
Tonus otot
Otot yang sedang relaksasi yang sedang menunjukkan suatu keadaan yang selalu siap untuk merespon setiap rangsangan kontraksi. Organ indra dalam otot (spindle otot) selalu memantau tonus otot. Tonus otot menjadi minimal saat tidur dan meningkat dalam keadaan cemas. Tonus otot yang kurang normal disebut flatsid yang lebih tinggi dari normal dinamakan  spastik. Pada kerusakan lower motor neuoran ( mis. Polio) otot yang mengalami denerfasi akan menjadi atonik (lunak dan memggelambir) dan atrofi.
Kekuatan Otot
        Gunakan penentuan tingkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memiliki nilai 0 – 5)
0   =    Bila lengan/tungkai diangkat lalu dilepaskan, maka akan jatuh 100% pasif atau tidak ada kontraksi sama sekali.
1   =    Tanpak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
2   =    Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya grvitasi saja, tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3   =    Mampu menahan tegak walau sedikit didorong tapi tidak mampu melawan tekanan/dorongan dari pemeriksa.
4    =   Cukup kuat tetapi bukan kekuatan  penuh atau kekuatan kurang dibanding sisi yang lain.
5   =   Kekuatan kontraksi yang penuh.

Kerja otot
Otot   mampu melakukan gerakan hanya dengan cara kontraksi melalui koordinasi kelompok-kelompok otot, tubuh mampu melakukan berbagai macam gerakan. Penggerak utama adalah otot  yang menyebabkan gerakan tertentu. Otot yang membantu penggerak utama dinamakan sinergis. Otot yang menyebebkan gerakan berlawanan dengan penggerak utama disebut sebagai antagonis.
Latihan, disuse, dan perbaikan.  Otot selalu dilatih untuk menjaga fungsi dan kekuatannya. Bila  otot berulang-ulang mencapai tegangan maksimum atau mendekati maksimum selama waktu yang lama, seperti pada latihan beban teratur, maka irisan melintang otot akan membesar (hipertropi) ini disebabkan karena penambahan ukuran masing-masing serat otot tanpa peningkatan jumlah serat otot.  Hipertropi hanya bisa dipertahankan selama latihan dilanjutkan.
Fenomena sebaliknya terjadi bila terjadi  disuse otot dalam waktu yang lama. Pengecilan ukuran otot dinamakan atrofi. Tirah baring dan imobilisasi akan menyebabkan kehilangan masa dan kekuatan otot. Bila imobilisasi karena suatu modelitas penanganan (mis. Gibs dan traksi), kita dapat menggurangi efek imobilitas pasien dengan latihan isometric otot – otot dibagian yang diimobilisasi. Latihan kuadriseps (mengencangkan otot paha) dan latihan gluteal (megencangkan otot bokong) dapat membantu mempertahankan kelompok otot besar yang penting untuk berjalan. Latihan aktif dan beban berat  badan pada bagian tubuh yang tidak mengalami cedera dapat mencegah terjadinya atrofi otot.
Ketika otot mengalami cedera , harus diistirahatkan dan di imbolisasi sampai terjadi perbaikan.

 c. Kartilago
Kartilago terdiri dari serat-serat dilekatkan pada suatu gelatin yang kuat. Kartilago sangat kuat tetapi fleksible dan tidak bervaskuler. Nutrisi mencapai kesel-sel kartilago dengan proses difusi melalui gelatin dari kapiler-kapiler yang berada di perichondrium (fibrous yang menutupi kartilago ) atau sejumlah serat-serat kolagen didapatkan pada kartilago, dimana tipenya : fibrous, hyaline, atau elastik. Fibrous atau (fifibrocartilago) mempunyai banyak serat-serat dan oleh karena itu paling besar kekuatannya untuk merenggang . Fibrocartilago menyusun diskus intervertebralis. Arthicular (Hyaline) cartilage-halus, putih, putih, berkilau dan kenyal membungkus permukaan persediaan dari tulang dan beberapa sebagian bantalan. Kartilago elastik mempunyai paling sedikit serat-serat dan sering didapatkan pada daerah telinga luar.
c.  Sumsum Tulang
merupakan jaringan vaskuler dalam rongga sumsum (batang) tulang panjang dan dalam tulang pipih. Sumsum tulang merah, yang terutama terletak di sternum, ilium, vertebra dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab pada produksi sel darah merah dan putih. Pada orang dewas, tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Biopsi sumsum tulang dilakukan pada tulang pipih.

d.  Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang tebal dimana merupakan akhiran dari suatu aoat dan berfungsi mengikat suatu tulang.

e.  Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembungkus fibon yang membungkus setiap otot dan berkaitan dengan prioteum jaringan penyambung yang mengelilingi tendon tertentu khususnya pada pergelangan tangan dan tumit. Pembungkus ini dibatasi oleh membram synovial lumbrika untuk memudahkan pergerakan tendon.


f.   Fasia
Fasia adalah suatu permukaan jaringan penyambun longgar yang didapatkan langsung dibawah kulit sebagai fasisupervisial atau pembungkus tebal, jaringan penyambung fibrous yang membungkus otot, saraf dan pembuluh darah. Bagian akhir diketahui sebagai fasia dalam.

g.  Bursae
Burse adalah suatu kantong kecil dair jaringan penyambung disuatu tempat, dimana digunakan diatas bagian yang bergerak, misalnya terjadi antara kulit dan tulang, anatar tendon dan tulang atau antara otot. Burse bertindak sebagai penampang antara bagian yang bergerak, seperti pada olecra non bursae, terletak antara presesus dan kulit.

h.  Persendian
Pergerakan tidak akan mungkin terjadi bila kelenturan dalam rangka tulang tidak ada. Kelenturan dimungkinkan karena adanya persendian, atau letak dimana tulang-tulang berada bersama-sama. Bentuk dari persendian akan ditetapkan berdasarkan jumlah dan tipe pergerakan yang memungkinkan, dan klasifikasi didasarkan pada jumlah pergerakan yang dilakukan.
Menurut klasifikasi terdapat 3 kelas utama persendian yaitu :
1).  Sendi Synarthroses (sendi yang tidak bergerak). Misalnya adalah sendi pada tulang tengkorak
2).  Sendi Amphiarthroses (sendi yang sedikit pergerakannya). Contoh sendi pada vetebra dan simfisis pubis.
3).  Sendi Diarthroses (sendi yang banyak pergerakannya). Jenis sendi Diartrotis :
o   Sendi Peluru, missal pada persendihan panggul dan bahu, memungkinkan gerakan bebas penuh
o   Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu arah contohnya pada siku dan lutut.
o   Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang  saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana.
o   Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna. Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktifitas seperti memutar pegangan pintu.
o   Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia dipergelangan tangan.
Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi oleh tulang rawang hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi oleh selubung fibrus kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membran, sinovium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peredam getaran kedalam kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung.pada beberapa sendi sinovial, terdapatr diskus pibrokartilago diantara permukaan tulang rawang sendi. Bagian ini merupakan peredam getaran.
Adapun pergerakan yang dapat dilakukan oleh sendi-sendi adalah:
o Fleksi
o Ekstensi
o Adduksi
o Abduksi
o Rotasi
o Sirkumduksi
o Pergerakan khusus: supinasi, inversio, eversio, protacsio.

2. Perubahan Fisiologi pada Proses Menjadi Tua
Perubahan yang terjadi pada proses menua merupakan suatu kelanjutan dari kemunduran yang dimulai pada usia pertengahan. Jumah total pada sel-sel tubuh berkurang akibat perubahan jaringan penyambung, penurunan pada jumlah dan elasitas dari jaringan subkutan dan hilangnya serat otot, tonus dan kekuatan.

Perubahan fisiologi yang umum adalah:
a.   Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm pada maturitas usia tua
b.   Lebar bahu menurun
c.    Fleksi terjadi pada lutut dan pangkal paha
d.   Adanya penyempitan diskus intervertebralis yang menyebabkan berkurangya ukuran dari intervertebra ruangan interkostal.
e.   Dibawah ini adalah hal-hal yang sering terjadi :
1)    fraktur kompressi dari vertebra
2)    Peningkatan kurve spina thoraks
3)    Kepala miring kebelakang dan leher pendek untuk mengimbangi kelainan kyposis
4)    Jengkal tangan lebih besar daripada tingginya, dengan demikian memberikan penampilan orang tersebut kurus.
5)    Jalan goyah dengan perubahan dalam otot dan fungsi motorik.